Kawan, Ada Apa Dengan Hatimu?

Aku tak pernah ingin tahu bagaimana hidup yang Kau jalani. Aku juga tak pernah iri dengan apa yang Kau punya. Karena Aku cukup bahagia dengan kehidupanku. Tapi, mengapa Kau selalu ingin tahu bagaimana aku menjalani hidupku? Kenapa Kau selalu membandingkan kehidupan kita? Padahal Kau paham betul jika jalan hidup setiap orang tidak sama. 


Ukuran kebahagian masing-masing orang berbeda. Mungkin Aku bahagia bisa makan sepotong ayam goreng. Tapi ada orang yang cukup bahagia bisa menyantap mie kuah dengan irisan cabe selusin. Bahagianya sesederhana itu. Begitu juga denganmu. Kau yang lebih paham apa yang membuatmu bahagia. Tak perlu mencari kebahagiaan di luar sana. Karena tak pernah Kau temukan. 

Kawan, jika melihatku menangis membuatmu bahagia, perlu dipertanyakan kondisi hatimu. Bila menyaksikanku terjatuh membuatmu tertawa, jangan-jangan hatimu sedang sakit. Karena definisi bahagia menurutmu adalah melihat orang lain terluka. 

Kawan, hidup itu terlalu singkat jika hanya Kau gunakan untuk melihat kehidupan orang lain. Hatimu akan lelah bila menungguku terpuruk. Waktumu akan habis untukku. Aku yang tak pernah menoleh ke arahmu. Aku yang selalu berjalan tegap dan tersenyum. Hingga Kau tak pernah menyadari kapan Aku terjatuh dalam keputusasaan. Karena aku tak pernah memberitahu dunia saat menyeka air mata. 

Kawan, ada apa dengan hatimu? hati yang seharusnya bisa melihat ketulusan tapi nyatanya tak mampu menerima senyum hangatku. Bagimu, Aku adalah tembok yang harus Kau robohkan. Karena menghalangi rasa puasmu. Karena Kau tak pernah puas selama melihat senyum tersungging dari bibirku. 

Kawan, ada apa dengan hatimu? Hati yang seharusnya menerima sapaan hangat persaudaraan, tapi justru mengibarkan bendera persaingan. Hati yang seharusnya menjadi sumber kebahagian, namun mengalirkan kebencian. Kau tak akan pernah merasakan kebahagiaan selama Kau tak bisa mengendalikan segumpal daging dalam tubuhmu itu.

"Jangan terburu-buru menyalahkan tetangga yang kurang bersih mencuci pakaiannya, karena ternyata jendela rumahmu penuh noda yang menghalangi pandangan. Jangan menilai jelek sesuatu yang terlihat oleh matamu, karena bisa jadi jendela hatimu yang jarang Kau bersihkan."



Salam hangat, Crayon tata 3 Januari 2019 


Komentar