Ketika Kebaikan yang Kita Tanam Tidak Terbalas Kebaikan yang Sama

ketika air susu dibalas air tuba

Ketika Kebaikan yang Kita Tanam Tidak Terbalas Kebaikan yang Sama
Air Susu dibalas dengan air tuba. Mungkin terdengar berlebihan. Tapi begitulah hidup. Tidak semua kebaikan yang kita tebar berbuah kebaikan pula. Kita tidak bisa mengontrol sikap orang kepada kita. Jika kebaikan-kebaikan yang telah kita berikan kepadanya dibalas dengan hal yang kurang baik, lantas kita bisa apa? 


Wajar bila terjadi pergolakan batin. Heran dengan sikap orang-orang yang selama ini sudah kita bantu sepenuh hati. Kita berusaha ada saat mereka butuh. Tapi giliran kita sedang terpuruk, sikap mereka membuat kita mengelus dada. Ketika diminta tolong, ekspresi dan gestur mereka seolah menyiratkan ketidaktulusan. Menolong setengah hati. 


Tentu saja bukan hal seperti itu yang kita harapkan. Tapi, lagi lagi hidup sering berjalan tidak sesuai dengan harapan kita. Mungkin ada benarnya pepatah  yang mengatakan bahwa untuk mengetahui siapa saja teman sejatimu, lihatlah ketika kondisimu sedang tidak baik-baik saja. Saat kesulitan sedang menimpa hidupmu, siapa teman atau saudara yang dengan tulus ikhlas  ada buatmu. Tanpa pamrih, menolong tanpa ada sedikit pun ganjalan dalam hatinya. Karena mereka sadar bahwa hidup itu memang hubungan timbal balik, saling menolong. Sesungguhnya mereka adalah teman sejatimu.


Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya, bukan berarti dunia tak adil. Jangan menyalahkan diri sendiri. Menanam padi pasti akan tumbuh rumput juga di sekelilingnya. Jangan bersedih.  Setiap kebaikan yang kita tanam kepada saudara, teman, sahabat, maupun tetangga tidak akan pernah sia-sia. Jangan lelah untuk tetap berbuat baik meski kadang kebaikan kita dibalas dengan hal-hal yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya. 


Ketika Air Susu Dibalas dengan Air Tuba 

Ketika mengetahui bahwa setiap kebaikan yang sudah kita tanam kepada seseorang ternyata tidak disambut dengan kebaikan yang sama, tak usah mendendam. Itu yang aku lakukan selama ini. tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Cukup mengetahui karakter orang tersebut. Mungkin selanjutnya akan kehilangan sedikit empati kepada yang bersangkutan. Tapi tidak akan mengurangi kebiasaan menabur benih kebaikan kepada orang lain. 


Manusia tidak sama. Mungkin di tempat lain, setiap benih kebaikan yang kita tanam sepenuh hati akan berbuah manis. Membantu orang lain dengan tulus dan dibalas dengan sikap yang kurang baik, tentu saja menyisakan sedikit kekecewaan di hati. Tapi jika kita memutuskan berhenti berbuat baik hanya karena satu orang, maka kita akan merugi. 


Percayalah, orang baik pada akhirnya akan bertemu dengan orang baik pula. Akan ada seleksi oleh alam. Teman atau saudara yang awalnya dekat kemudian perlahan menjauh karena perbedaan cara pandang hidup adalah bentuk seleksi alam. Orang-orang yang hanya mau menerima saja dalam hidupnya, akan semakin jauh dari radar orang-orang yang berprinsip bahwa hidup itu sejatinya saling berbagi. 


BACA JUGA : 5 Ciri Toxic Friend dan Cara Menghadapinya 

Berbagi tak melulu tentang materi. Berbagi rasa berbagi ilmu termasuk di dalamnya. Jika tak mampu menolong dengan  hartamu, setidaknya menolong orang-orang yang sudah menabur benih kebaikan kepadamu dengan cara lain.  Tenaga, rasa empati, dan ilmu yang kau miliki. Apa pun usaha untuk menolong, asal dilakukan dengan sepenuh hati,  sudah cukup membuat orang yang ditolong bahagia. 


Dari mana kita tahu bahwa orang lain membantu kita dengan sepenuh hati? dari mana kita bisa paham bahwa kebaikan yang kita tanam tidak dibalas dengan kebaikan yang sama? Ekspresi, nada bicara, gestur tubuh seseorang itu bisa mencerminkan isi hatinya. Jika kita menolong setengah hati, orang yang kita tolong bisa merasakan aura tersebut dari cara berkomunikasi dan gesture tubuh. Jadi, mari membiasakan diri untuk berbuat baik tanpa “Tapi” 





Komentar