Menyikapi Perbedaan Karakter Anak dengan Bijak

Menyikapi Perbedaan Karakter Anak dengan Bijak- Setiap anak itu unik. Tidak ada anak yang sama persis. Bahkan, anak kembar sekalipun. Begitu juga dengan Agha dan Gia. Keduanya bagai dua kutub yang berbeda. Bukan hanya berbeda jenis kelamin, Karakter kakak adik ini seolah bertolak belakang satu sama lain.
Agha tipe anak yang serius. Kadang maksud kita sebagai orang tua  bercanda tapi dia sudah ngambek, marah,  baper bahkan bisa sampai nangis. Keluarga besar yang sudah paham dengan karakter Agha, tidak akan mengajak bercanda kalau suasana hatinya kurang bagus.

7 TANDA ANAK PERLU PAKAI KACA MATA


Aku adalah seorang ibu yang memakai kaca mata sejak kelas 2 SMP. Aku memang suka membaca sejak duduk di bangku SD. Dulu, aku tidak tahu jika  hobi membaca bisa menyebabkan mataku menjadi minus. Karena aku lebih sering membaca sambil tiduran. Bapak sudah sering mengingatkan untuk membaca dengan posisi yang benar, Namun selalu aku abaikan. Aku merasa lebih nyaman membaca sambil berbaring di tempat tidur dari pada duduk di kursi. Waktu berlalu, sudah lebih dari lima belas tahun aku menggunakan kaca mata. Aku tidak menyangka anakku akan memakai kaca mata sepertiku. Si sulung Agha juga  mengalami tanda-tanda yang mengharuskan dia memakai kaca mata di usianya yang masih belia, yaitu 7 tahun.

Kawan, Ada Apa Dengan Hatimu?

Aku tak pernah ingin tahu bagaimana hidup yang Kau jalani. Aku juga tak pernah iri dengan apa yang Kau punya. Karena Aku cukup bahagia dengan kehidupanku. Tapi, mengapa Kau selalu ingin tahu bagaimana aku menjalani hidupku? Kenapa Kau selalu membandingkan kehidupan kita? Padahal Kau paham betul jika jalan hidup setiap orang tidak sama. 

Kadang Aku lelah

Aku manusia biasa, wajar jika kadang aku merasa lelah. Bukan lelah fisik tapi lelah hati. Menjalani rutinitas dengan orang yang sama selama bertahun-tahun tidak mudah. Apalagi bila karakter orang tersebut jauh berbeda denganku. Itulah suamiku, orang yang menemaniku sepuluh tahun terakhir.

Sepotong Hati yang Hilang

Jika engkau bertanya bagaimana kita bisa bersama, kita juga tidak dapat menjelaskan dengan logika mengapa kita berdua akhirnya memutuskan untuk bersama. Karena berkali-kali kita berusaha menyatukan hati tapi tak pernah ada jalan. Hingga pada titik tertentu, kita memutuskan menyerah. 

Jiwa Labil dan Konsistensi Berhijab


Baru-baru ini sedang ramai tentang seorang artis yang memutuskan untuk tidak berhijab lagi. Keputusan yang tidak hanya menjadi urusan dia sendiri karena ia adalah salah satu public figure. Banyak yang menghargai jalan hidup yang ia pilih namun banyak juga yang menyayangkan bahkan sampai menghujat keputusan yang telah dia buat. Aku sendiri tak bisa menyalahkan pilihan hidup setiap orang. Bagiku setiap orang punya jalan sendiri untuk bisa konsisiten berhijab. Jalan panjang yang mudah dilalui oleh seseorang, tapi tampak berliku bagi sebagian yang lain.

Aku adalah satu dari sekian orang yang harus melalui jalan panjang dan berliku untuk sampai ke tahap konsisten berhijab. Ada satu titik aku lelah dengan perjalanan itu. Dan hampir menyerah untuk menanggalkan hijabku. Semua bermula pada masa remajaku. Masa remaja yang tak biasa. Masa pencarian jati diri yang membawaku pada lingkungan yang tidak kondusif. Lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk pada remaja seusiaku.